Kamis, 29 Maret 2012

BBM Naik, Nelayan Panik

Ketika saya diberitahu bahwa terpilih untuk mengikuti program live in di salah satu pulau yang berada pada Kepulauan Seribu, yakni Pulau Panggang, dalam angan saya sudah terpatri gambaran sebuah pulau. Pohon kelapa yang menghiasi pinggir Pulau, jumlah penduduk dan rumah yang minim, serta pemandangan yang indah. Namun tidak semua angan saya itu benar adanya. Pulau yang saya kunjungi untuk terjun dan belajar langsung dari msayarakatnya adalah Pulau dengan penduduk terpadat di Kepulauan Seribu, Pulau Panggang. Di pulau ini hidup lebih dari 5000 jiwa dengan luas pulau yang tampaknya sudah lagi seimbang dengan jumlah penduduknya. Pada umumnya mata pencaharian mereka adalah nelayan dan untuk penghasilan tambahan mereka juga melakukan budidaya  ikan laut.

Fakta mengejutkan saya temukan ketika berbicang-bincang dengan tuan rumah tempat saya menginap. SUDAH DUA BULAN LEBIH NELAYAN TIDAK MELAUT! Karena setahu saya sumber mata pencaharian mereka adalah dari laut, maka yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, dari mana mereka memperoleh uang untuk membiayai kebutuhan mereka selama dua bulan belakangan ini? Jawaban yang cukup menarik yang saya dapatkan adalah pinjaman (hutang) dan hasil dagangan isteri mereka. Menurut Pak Hamdi, salah satu penduduk Pulau Panggang, suami tidak lagi menjadi penopang penghasilan keluarga. Peran isteri di sini semakin besar seiring dengan ketidakmampuan nelayan menjangkau solar dan cuaca ekstrim yang membuat mereka berpikir ulang melaut.

Hal ini sangat membuat saya miris dan berpikir ulang mengenai sikap saya akan kenaikan harga BBM. Sebelumnya saya setuju dengan kenaikan BBM (tetapi dengan syarat APBN yang sejatinya dianggarkan ke subsidi BBM dialihkan ke perbaikan fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat), namun ketika melihat kenyataan di sini saya pun sedikit ragu, apakah ini memang keputusan yang tepat? Apakah memang sekarang waktunya? Dengan harga solar Rp 7000 per liter saja mereka sudah kesulitan untuk membelinya, jika dinaikkan lagi apa jadinya nasib mereka? Berhenti melaut selamanya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar