Sabtu, 26 Desember 2015

Maaf



Kata orang, tiga kata yang menjadi rahasia hidup bahagia adalah Terima Kasih, Maaf, dan Tolong.
Diantara ketiganya, yang banyak orang sulit mengucapkannya adalah maaf.
Lebih sulit lagi meminta maaf dengan benar.
Maaf memang terucap, namun bukan untuk sesuatu yang menjadi akar permasalahan.
Dia memang minta maaf, tapi sayangnya bukan untuk sesuatu yang menurutku menjadi akar permasalahan.

---

Maaf kalau aku salah mengerti

Senin, 21 Desember 2015

Merangkum 2015, Merangkai 2016

Merangkum 2015


Pada akhirnya kalender akan tiba di Desember.
Bener-bener nggak kerasa udah dipenghujung 2015.
Masih jelas diingatan bagaimana merayakan pergantian tahun 2014.

Ada begitu banyak hal yang disyukuri.
Ada begitu banyak.

Mulai dari keluarga.
Ini tahun pertama ditinggal mama.
Aku nggak kebayang gimana Papa dan adek-adek melewati pergantian tahun dengan bayang-bayang, "tahun lalu, ngerayainnya masih bareng Mama." "tahun lalu, bikin kue-nya masih disupervisi mama." "tahun lalu, doanya masih ada mama" dan masih banyak lagi. Tapi bersyukur kami sekeluarga benar-benar bisa melewatinya dengan tegar dan nggak terlalu berlarut-larut dalam masa duka.
Tahun ini, seharusnya ada banyak hal pencapaian anaknya yang bisa Mama dan Papa saksikan. Naomi lulus di awal tahun dan dapat kerjaan di akhir tahun. Dapit yang lulus tepat waktu dan menyelesaikan kepemimpinan di organisasi kampus dengan baik bahkan jadi salah satu kepercayaan di lab. Tiara yang sangat enjoy dengan kuliahnya. Iyut yang lulus SMA dan diterima di PTN. Titin yang berhasil naik kelas walaupun setelah perjuangan panjang di rapat guru. Bapak yang terus dikaruniai kesehatan, tetap bisa berkarya walau nggak punya pekerjaan menetap. Masih banyak lagi berkat yang Tuhan sediakan di keluarga.

Pekerjaan
Tahun ini klien yang Tuhan percayakan masih melakukan banyak event (percayalah, banyak itu benar-benar banyak!).
Satu per satu bisa dilewati meski nggak jarang sambil terseok-seok.
Ada banyak drama, tapi bersyukur tidak sampai membuat tawar hati.
People come and go, what can I do? itu kata bosku. Tahun ini juga, aku berganti tim. Tenang, bukan cuma satu, tapi dua sekaligus. Galau? Pasti! Tapi syukur kepada Tuhan, Ia kasih orang-orang yang juga baik, mumpuni dalam bidangnya dan mau mengarahkan.
Tahun ini sebenarnya ada niatan untuk berpindah kerja. Tapi tampaknya kata Tuhan belum saatnya, beberapa pekerjaan yang dilamar tidak memberikan respon seperti yang diharapkan. Sedih banget waktu tahu kalau alam bawah sadarku menyimpan keinginan yang aku tahu itu salah. Dan tampaknya Tuhan memang sengaja kasih tau itu secara gamblang supaya aku bisa kembali ke jalan yang benar.

Pembangan diri
Salah satu yang menyedihkan di tahun ini adalah soal pengembangan diri. Waktu yang hampir sepenuhnya tercurah untuk pekerjaan bener-bener buat nggak ada waktu untuk meningkatkan kualitas diri. Sebut saja resolusi 2015 untuk rajin menulis di blog, belajar berenang, belajar merajut, membaca buku benar-benar menjadi sebatas rencana aja.

Relasi dengan Tuhan dan Pelayanan
Sangat bersyukur KTB bisa berjalan dengan baik dan benar-benar merasakan berkat dan Firman Tuhan dinyatakan secara jelas untukku saat KTB. Relasi pribadi cukup baik secara kuantitas, namun jatuh bangun untuk kualitas. Pelayanan sebagai pengurus juga dikerjakan dengan terseok-seok, namun aku sadar bisa lewat lagi satu periode kepengurusan bukan karena kuat dan hebatku, tapi karena Tuhan masih mau pakai aku jadi alat-Nya. Tahun ini juga sungguh-sungguh bersyukur masih dipercayakan melayani sebagai moderator ataupun MC di beberapa pelayanan. Satu hal yang kusesali, Tuhan udah perlengkapi dengan firman dengan berbagai cara, tetapi aku masih kurang berjuang buat bagikan itu ke orang lain, sebut saja AKK yang udah dengan berbagai cara minta agar kelompok kecil lagi, atau adik kelas yang meminta untuk dipimpin di kelompok kecil. Keduanya tak diacuhkan karena kesibukan.

Pasangan
Sangat sedih dan mengasihani diri sendiri karena mengasihi orang yang salah.

Merangkai 2016


Tuhan telah membuktikan kesetiaannya di 2015.
Tuhan yang sama pun akan menyertai dan kembali mendemonstrasikan kasih setia, kebaikan, dan berkatnya di 2016.

Di tahun 2016, tidak terasa aku akan mencapai usia 25 tahun. SEPEREMPAT ABAD!
Usia yang rawan untuk sebagian besar orang.

Di 2016 sekaligus di usia 25 tahun, aku berharap Tuhan akan menyediakan kesempatan untuk S2 (pengennya udah diterima beasiswa, tau kampus dan juga jurusan) atau mendapat pekerjaan yang baru (kalau Tuhan berkenan di organisasi yang aku dan Dewi sama-sama rindukan aku masuki).

Tahun 2016 juga aku berharap Tuhan pertemukan dengan pasangan hidupku, orang yang mengasihi Tuhan, mengasihi aku dan keluargaku. Orang yang mau bertumbuh bersama dalam doa dan pengenalan akan Firman Tuhan. Tahun 2016 aku berharap bisa mendoakannya secara rutin, minimal dua kali dalam seminggu.

Di 2016 juga berharap semakin dewasa dalam iman, melalui pelayanan dan relasi pribadi maupun lewat komunitas.

Ga punya gambaran sama sekali 2016 bakalan kayak apa
Tapi satu yang pasti ada Tuhan yang selalu menyertai
IMMANUEL - The Strong God is with us

Meninggalkan 2015 dengan penuh ucapan syukur,
Menyambut 2016 dengan penuh pengharapan.

Hadiah Natal

Natal tahun ini beda dengan natal tahun sebelumnya.
Tuhan kembali menunjukkan betapa besar Ia mengasihiku lewat kehadiran orang-orang di sekitarku.

Entah kenapa, ada begitu banyak hadiah natal yang kuterima.
Aku bersyukur, sungguh-sungguh bersyukur.
Membuka satu per satu hadiah natal membuatku sangatttttt bersukacita.
Hadiah demi hadiah kubuka, tidak ada yang membuatku tidak tersenyum.

Hadiahnya membuatku bahagia, tetapi hal yang sesungguhnya kusyukuri adalah ada orang-orang yang:
1. Memikirkan hadiah apa yang aku butuhkan atau yang aku suka
2. Menyisihkan uang (yang seharusnya bisa dipakai untuk diri sendiri) untuk membeli hadiah untukku
3. Menyediakan waktu dan tenaga untuk mencari hadiah hingga membungkusnya

Tidakkah itu lebih berharga?
Terima kasih banyak Tuhan karena sekali lagi menunjukkan bahwa Engkau begitu mengasihiku
Terima kasih banyak teman-teman, Bapak, Ibu, Mas dan Mbak atas waktu, perhatian, tenaga dan dana yang dicurahkan lewat hadiah-hadiah natalnya.

Selamat natal untuk kita semua!

Thoughts

Jarang meminta atau mengharapkan sesuatu dari orang ternyata punya sisi negatif.
Sekalinya ingin dan tidak terpenuhi, hal sederhana pun bisa begitu mengecewakan.

Mantra

Jangan tawar hati
Jangan tawar hati
Jangan tawar hati
Jangan tawar hati
Jangan tawar hati
Jangan tawar hati
Jangan tawar hati

Rabu, 22 Juli 2015

Will it be?

Will it be the same, if the person isn't me?
Will it be with that high tone?
Will it be with that harsh word?

It will be different if the person isn't you
It won't that hurt

Senin, 11 Mei 2015

Untitled



Kemarin, aku negur adik laki-lakiku satu-satunya. Campur aduk antara khawatir, merasa diacuhkan, ataupun cemburu dengan kesibukan adikku ini. Melalui salah satu platform telekomunikasi, dengan gayaku, malam 10 Mei aku ngomel kenapa nggak balas pesan kakaknya ini.

Nggak direspon.

Keesokan paginya, akhirnya dibalas. 04.30.

Di tengah padatnya lab, skripsi, organisasi, dia udah bangun sepagi itu? “lagi baca-baca kak”, katanya. Nggak sadar mata berkaca-kaca sepanjang perjalanan menuju stasiun kereta. Salut banget dengan semangat juang dan belajarnya. Tapi bukan itu poinnya. Aku tahu benar kebiasaan itu. Secapek apapun belajar di malam hari, pagi-pagi adalah waktu paling efektif untuk belajar. “Lebih cepat masuk ke otak” kata Mama.




Percakapan pagi itu sukses mengulang banyak kenangan bareng Mama. 8 bulan tentunya bukan waktu yang cukup membiasakan diri tanpa telepon, cerita (yang minimal diulang 3x), dan doa yang tulus dari cinta pertamaku. “Tuhan tahu yang terbaik untuk Mama. Sebesar apapun kamu mengasihi-nya, Ia jauh lebih mengasihi Mama” Hal ini sungguh nyata walaupun tentunya berat. Membiarkan Ia lebih lama menanggung sakit justru menunjukkan keegoisanku. Dengan kepergiannya, Mama nggak perlu lagi berpura-pura tersenyum setiap kali menelepon,  menahan sakit setiap kali kemo, atau berusaha tegar dan berani dalam kekhawatirannya meninggalkan 6 orang anak yang masih sangat butuh sosok Ibu. Sakitnya sudah diangkat. Tak perlu meminum obat, yang di satu sisi sedikit demi sedikit membunuh sel kanker namun di sisi lain membunuh sistem saraf lainnya. Mama benar-benar bebas dari penyakitnya.


















“Ada rencana yang indah yang sedang Tuhan kerjakan dalam setiap peristiwa yang kita alami”. Menguatkan orang lain dengan kebenaran Firman ini tidak semudah ketika kita meyakinkan diri dengan kebenaran Firman yang sama. Adik-adik masih remaja, sangat butuh bimbingan seorang Ibu. Bapak yang pendiam bahkan sangat jarang berkomunikasi dengan kami putera-puterinya. Bapak yang merelakan pekerjaannya agar punya waktu untuk mengurus Mama selama sakit. Mama dipanggil Tuhan. Bagian indahnya sungguh sulit dilihat. Sungguh sulit.
 


Aku dan adik-adik masih menunggu rencana indah Tuhan. Aku terus berdoa, agar tetap yakin kalau Tuhan memang menyediakan rancangan yang indah bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Iya kan, Tuhan? Oh iya, kemarin hari Ibu, tolong sampaikan terima kasih dan maaf sama Mama ya Tuhan.
***